Senin, 17 Desember 2007

IRAN AKAN JADI NERAKA BAGI AMERIKA SERIKAT

Oleh Akhmad Kusaeni

Teheran, 14/2 (ANTARA) - Tak ada yang lebih dibenci oleh kebanyakan orang Iran selain Amerika Serikat (AS), apalagi setelah Presiden George W Bush gembar-gembor akan menyerang Teheran.
“Margbar Amrika! (Mampuslah Amerika!),” teriak para demontran yang tengah memperingati 26 tahun Revolusi Islam Iran pada 10 Februari lalu.
Jutaan warga turun ke jalan di tengah dinginnya badai salju di seantero Iran pekan lalu. Aksi tersebut untuk menentang rencana serangan militer Amerika Serikat atas negeri itu.
Wartawan ANTARA melaporkan di Ibukota Teheran, demonstrasi dipusatkan di Lapangan Azadi (Kebebasan) dan dihadiri ratusan ribu orang yang tidak menghiraukan cuaca yang mencapai dua derajat di bawah nol Celcius. Presiden Iran Mohammad Khatami tampak hadir dalam demonstrasi yang tidak henti-hentinya mengecam sikap agresi Amerika Serikat.
"Jika Allah menghendaki, setiap agresor yang menginjakan kaki ke tanah Iran, kami akan menjadikan Iran sebagai neraka jahanam bagi mereka," ujafr Khatami.
"Bangsa Iran tidak menginginkan perang, kekerasan dan konflik. Tapi dunia harus tahu bahwa bangsa Iran tidak akan membiarkan setiap serangan invasi," lanjut Khatami ditingkahi yel-yel "Margbar Amrika" dan teriakan "Allah Maha Besar" oleh para pengunjuk rasa.
Massa sudah bergerak sejak dinihari dari berbagai peloksok menuju pusat upacara. Oleh karena terus menurus diguyur hujan salju selama sepekan, transportasi ke lapangan upacara sulit akibat salju tebal menyelimuti jalan-jalan.Sebagian besar warga datang dengan berjalan kaki.
Mereka membawa poster para pemimpin Iran seperti Pemimpin Besar Revolusi Islam almarhum Ayatollah Khomeini dan penggantinya Ayatollah Ali Khamenei. Ada juga yang mengusung boneka Presiden AS George W Bush dengan diberi tulisan besar-besar “Setan Besar”.
Menurut Wakil Walikota Teheran Eskander Mashae berbondong-bondongnya warga turun ke jalan hari itu sama sekali tidak diorganisir oleh pemerintah, melainkan atas keinginan warga sendiri. Ia mengakui ada lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang mengumpulkan massa di mesjid-mesjid dan mengatur keberangkatan mereka ke tempat unjuk rasa.
“Salah satu cara untuk mempertahankan diri terhadap agresor adalah dengan menunjukkan bahwa kami bersatu. Demonstrasi massa besar-besaran hari ini adalah sebagai respon terhadap ancaman dan tuduhan palsu Presiden Bush,” katanya.
Tua muda, lelaki perempuan, remaja dan anak-anak, tampak memenuhi lapangan yang tanahnya tertutup es setebal antara dua sampai 10 cm. Massa mengacungkan tangan dan terus menerus meneriakan “Allahu Akbar” yang diselingi kecaman terhadap AS dan Israel. Layanan kesehatan, makanan dan minuman disediakan gratis untuk pengunjuk rasa yang kedinginan.

Jatuhnya Shah Iran
Unjuk rasa besar-besaran tersebut untuk memperingati jatuhnya kekuasaan rejim Shah Iran yang menjadi boneka AS tahun 1979 dan kepulangan Ayatollah Khomeini dari pengasingan di Perancis. Tahun 1979 diperingati sebagai tonggak lahirnya Republik Islam Iran dan runtuhnya dominasi kekuasaan AS di Teheran.
Segala sesuatu yang berbau Amerika, termasuk pemakaian dasi, dilarang. Apalagi kehidupan malam dan segala sesuatu yang dianggap maksiat dan haram. Bahasa Inggris yang umum digunakan di Iran semasa Shah Reza Pahlevi pun dianggap sebagai bahasa “infidel”.
Unjuk rasa tahunan anti-Amerika ini merupakan bukti kekuatan nasional Iran. “Setiap tahun unjuk rasa besar-besaran seperti ini membuat musuh-musuh mundur. Tahun ini juga sama," kata Ayatollah Ali Khamenei seraya meyakinkan diri bahwa AS tidak akan berani menyerang Iran.
Jurubicara Deplu Iran Hamid Reza Asefi mengatakan retorika keras dan ancaman AS belakangan ini terhadap Teheran berasal dari ketidaksenangan atas Revolusi Islam yang kini tengah diperingati kemenangannya oleh rakyat Iran.
“Bagi rakyat Iran, hari-hari ini penuh dengan kenangan manis. Tapi buat Amerika, hari-hari ini penuh kepedihan karena masa-masa mereka mendominasi dan menjadi tuan di Iran berakhir,” kata Asefi.
“Ancaman AS tidak memiliki pengaruh terhadap Republik Islam dan kami akan terus melanjutkan langkah kami sebagai negara berdaulat dan merdeka. Kami ingin mengatakan tidak terhadap hegemoni,” katanya.
Hassan Khomeini, putera dari pendiri Republik Islam Iran Ayatollah Khomeini, mengatakan unjuk rasa besar-besaran di seluruh Iran kali ini bertujuan untuk membuat frustasi musuh, khususnya AS dan Israel.
Salah satu poster yang diusung massa berbunyi “Biarkan AS marah (dengan unjuk rasa ini) dan mati akibat kemarahannya”. Poster lain bertuliskan kata-kata Ayatollah Khomeini “We will make America face a severe defeat”.

Tak semua puas
Tidak semua penduduk Teheran yang berunjuk rasa di Lapangan Azadi puas dengan pemerintahan sekarang. “Kami tidak senang dengan kinerja pemerintah sekarang, tetapi kami akan bersatu mendukung pemerintah menghadapi serangan AS,” kata Mahdi Ebadi, seorang sopir taksi yang membawa serta anak dan isterinya berunjuk rasa.
Pemerintahan di bawah Presiden Mohammad Khatami menghadapi persoalan ekonomi yang sulit, pengangguran terus meningkat, inflasi yang merambat, dan embargo ekonomi yang tak kunjung berakhir.
Ada juga yang menganggap ikut serta berunjuk rasa tidak bermanfaat. “Saya lebih suka pergi belanja ketimbang berdemonstrasi,” kata Fatima, seorang ibu rumah tangga. Akan tetapi, seperti dikemukakan oleh Saeed Kousha, begitu peluru pertama dimuntahkan oleh tentara AS, semua rakyat Iran akan bersatu padu melawan musuh bersama.
“Yang senang dan tidak senang dengan pemerintahan sekarang, termasuk pihak oposisi, akan berjihad melawan AS,” kata Saeed, seorang penerjemah bahasa.
Kousha menambahkan bahwa rakyat Iran tidak sama dengan rakyat Irak. Mayoritas rakyat Irak tidak berada di belakang Saddam Hussein sehingga ketika tentara AS datang membebaskan Baghdad, mereka menyambutnya dengan “sukacita dan menari-nari di jalan-jalan” sebagaimana dilaporkan media massa Barat.
Sedangkan rakyat Iran, meski diakui ada yang tidak senang, kebanyakan berada di belakang Presiden Khatami dan siap berkubang nyawa melawan penjajah.
“Rakyat Iran akan memilih mati sebagai syuhada ketimbang hidup dalam cengkeraman penjajah,” demikian Saeed Kousha.

Tidak ada komentar: