Senin, 17 Desember 2007

BERHALA BARU DI INDUSTRI PERS

BERHALA BARU DI INDUSTRI PERS
Oleh Akhmad Kusaeni

Jakarta, 20/10 (ANTARA) – Kalangan industri pers dunia baru saja mengadakan pameran terakbar dan rendezvous di Amsterdam, Belanda, 9-15 Oktober 2006. Forum yang dibungkus dengan nama IFRA Expo itu setiap tahun diadakan dan selalu meriah dan hingar bingar bagaikan North Sea Jazz Festival.
Sebanyak 313 perusahaan terkait dengan industri pers dari 21 negara memamerkan teknologi informasi paling mutahir di Expo tersebut. Para pemilik media, pemimpin redaksi, pemimpin perusahaan, dari 74 negara datang untuk melihat inovasi-inovasi baru di bidang usaha pers. Pengunjung datang ke Expo tahunan yang sudah berlangsung sejak 1970 itu untuk memperoleh inspirasi bagi perubahan strategi, layout, manajemen dan teknologi di perusahaan medianya masing-masing.
Lebih banyak lagi yang melakukan transaksi seperti pembelian mesin cetak, alat-alat foto, dan perlengkapan industri pers lainnya. Koran-koran arus utama di Tanah Air secara rutin mengirimkan utusannya. Tata muka sejumlah koran nasional terkemuka, misalnya, berubah setelah mendapat ilham dari hasil lawatan ke IFRA Expo.
IFRA Expo 2006 di Amsterdam kali ini memiliki kekhususan. Selain pameran industri pers, juga digelar diskusi mengenai manajemen keredaksian, khususnya tentang “Cross-Media Newsroom”.
Intisari dari Cross Media adalah “author once, publish in many ways”, yaitu satu penulis, produksinya dipublikasikan dalam berbagai media, seperti teks, web, audio dan audiovisual.
Bartolemes Diaz dari Protect Corp mengatakan konvergensi merupakan sebuah mantra atau berhala baru di industri pers . Perusahaan pers kini umumnya memproduksi berita tidak hanya text, tetapi juga gambar, audio dan video. Wartawan kini dituntut untuk menjadi super-reporter, yaitu dia harus bisa menulis berita untuk media cetak dalam bentuk text, gambar untuk fotoberita, laporan lisan untuk radio, dan merekam gambar untuk televisi.
Ulrik Haagerup, Pemimpin Redaksi Nordjyske Stiftsdente, koran terkemuka dari Swedia, menyampaikan presentasi provokatif yang mengajak perusahaan pers untuk menuju multimedia. Ulrik menantang bahwa konvergensi merupakan sebuah keniscayaan bagi perusahaan media di masa depan, sehingga pilihannya hanya dua: konvergensi atau mati.
Jika perusahaan media ingin mencapai pembacanya yang terfragmentasi dan terspesialisasi, mereka harus mengubur cara-cara lama yang konservatif. Perusahaan harus menerima perubahan, membangun pelayanan multimedia dan melaksanakan budaya kerja redaksi yang berciri konvergensi.
Memang merubah budaya 180 derajat bukan hal yang mudah. Ulrik sendiri mengalaminya sendiri tahun 2002 saat dia berusaha menyakinkan teman-teman redaksinya akan betapa pentingnya menjadi “multitasked reporter”. Wartawan yang memiliki banyak kemampuan itu adalah super reporter yang bisa membuat berita untuk keperluan beberapa media seperti teks, suara, gambar, dan web.
“Reaksi pertama kawan-kawan redaksi adalah penolakan,” kata Ulrik.
Diperlukan waktu untuk mencapai tahap komitmen yang antusiastik.
“Tapi kita berhasil melakukannya setelah satu tahun. Kini kita menjadi wartawan-wartawan yang bekerja di ‘superdesk’ dan membuat berita melalui berbagai media untuk melayani pelanggan yang beragam,” katanya lagi.
Pengalaman yang sama juga dialami oleh Koran Belanda Volkskrant. Pieter Kok, pimpinan perusahaan penerbit, melaksanakan korvergensi dengan bantuan konsultan dan teknologi dari IfraNewsplex. Sebanyak 200 wartawan Volkskrant kini memproduksi berita untuk berbagai media, termasuk video, web, dan cetak. Pelayanan video merupakan suatu keberhasilan besar.
“Kami memproduksi 500.000 video setiap bulan dan kami mengharapkan angka ini terus bertambah menjadi satu juta dalam waktu dekat ini,” kata Pieter Kok.
Untuk menyesuaikan diri dengan layanan multimedia, maka diperlukan pelatihan-pelatihan yang intinya untuk menciptakan multitasked reporters. Sebagai contoh, sukses koran Volksrant dalam melayani multimedia adalah dengan mengirim 200 wartawannya untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh IFRA’s Newsplex.
Menurut Pieter Kok, pelatihan diperlukan karena menyangkut sistim kerja baru yang lebih dinamis. Yang jadi tantangan adalah sikap dan budaya kerja yang sudah baku harus diubah 180 derajat. Kebutuhan pelanggan berubah sehingga sistim produksi dan distribusi berita juga harus diubah. Volksrant memerlukan sistim yang handal untuk menciptakan berita di iklim multimedia.
“Kami memerlukan sistim manajemen peliputan multimedia yang canggih. Pelatihan ‘Convergent Journalists” di IFRA merupakan investasi kami yang besar,” kata Pieter Kok.

Newsgate
Satu sistim yang memungkinkan cross media diwujudkan adalah apa yang disebut Newsgate, yang softwarenya dikembangkan oleh perusahaan CCI Europe.
CCI Europe adalah perusahaan yang memberikan konsultasi sistim manajemen content di redaksi yang memiliki klien ratusan koran dan media di Eropa dan Amerika Serikat. Torben Juul, Wakil Presdir CCI Europe, mengatakan Newsgate pada dasarnya adalah “story folder” atau bundel berita.
Di folder tersebut, disimpan bukan hanya berita dan artikel, melainkan juga informasi background, narasumber dan contact personnya, transkrip wawancara, dan catatan-catatan lain yang biasanya tersebar di berbagai tempat, namun kini bisa diamankan, diarsipkan dalam satu bundle folder, untuk biasa diakses oleh siapapun wartawan/redaktur yang memerlukan.
Semua pihak yang terkait dalam produksi berita bisa menggunakan content dari Newsgate dan story folder itu sekaligus bisa menjadi alat untuk berbagi informasi dan content di semua lini redaksi.
CCI Europe sesumbar bisa memasok teknologi untuk cross media newsroom yang digambarkan sebagai “one system, one database, one workflow” skenario untuk proses penulisan berita sampai publikasi final di media yang diinginkan, entah itu teks, foto, web, audio dan video.
Reporter harus bisa menerima tugas via Internet atau SMS dan sebaliknya mengirim hasil liputannya via Internet/SMS ke meja redaksi. Praktis sistim ini officeless, karena wartawan bisa bekerja di mana saja. Hasil produksi itu diolah dan distribusikan oleh redaktur sesuai dengan tujuannya. Untuk cetak, diproses melalui redaktur teks. Untuk online, oleh redaktur website. Untuk foto, oleh redaktur foto. Untuk radio dan TV, diproses oleh redaktur radio dan TV.
“Content dan peristiwanya sama, cuma diolah untuk media yang berbeda. Berita dikemas dan dijahit sesuai dengan keperluan medianya. Inilah hakekat dari konvergensi dan Cross media newsroom,” kata Torben Juul.
Dengan pendekatan berbeda namun tujuan serupa, EidosMedia, perusahaan lain yang ikut pameran di IFRA 2006, bahkan menyiapkan sistim peliputan dari mulai rencana liputan, alokasi tugas dan siapa narasumbernya. Untuk kliennya, Le Figaro, EidosMedia mengembangkan modul yang disebut News Scheduling. Modul ini berisi sistim kerja redaksi dari mulai penentuan target liputan, siapa yang ditugaskan, arah pemberitaan, narasumber yang harus diwawancarai, bahan referensi, dan informasi background.

Alat rekam canggih
Perlengkapan wartawan yang dipamerkan adalah alat rekam canggih yang bisa mentransfer suara langsung ke dalam bentuk teks. NewspaperDirect dan Press Mart adalah dua perusahaan yang memiliki teknologi ini. Ada alat rekam khusus ini sangat berguna bagi wartawan karena tidak perlu lagi melakukan transkrip wawancara, sehingga kecepatan berita bisa diandalkan.
Sebaliknya, perusahaan tersebut juga memiliki teknologi yang mengubah teks ke dalam bentuk suara. Perusahaan yang bermarkas di India ini menciptakan “Newspaper Radio” karena membuat pembaca mendengar berita yang hendak dibacanya di situs koran kesukaannya. Sejauh ini sudah 165 suratkabar di 20 negara bisa didengarkan beritanya melalui teknologi ePaper ini.
Yang menjadi pusat perhatian di IFRA 2006 antara lain adalah mobil operasional liputan multimedia yang disebut Mobile NewsGear 2007. Mobil Volvo XC90 Sport ini diubah menjadi “mobile online newsroom”.
Mobil ini merupakan versi abad 21 mengenai truk satelit TV, namun lebih banyak kemampuannya, lebih murah dan tentu saja bergaya tongkrongannya. Kapasitas mobil ini antara lain dilengkapi peralatan multimedia dari mulai alat foto, kamera TV, dan telepon satelit. Mobil berfungsi sebagai tempat kerja. Memang tak ada meja kerja tersedia, tapi di kursi ada tempat penyimpan laptop dan alat kerja lainnya.
Selain itu, ada sistim connectivity yang memungkinkan wartawan di hutanpun bisa menggunakan Internet dan berhubungan dengan kantor pusat untuk mngirim berita, gambar dan suara. Mobil yang berperalatan IT canggih itu bisa membawa wartawan ke tempat kejadian perkara (TKP) dengan kecepatan 210 km/jam dan bagasi leluasa untuk menyimpan berbagai peralatan.
Jika ada pepatah “When the great story happened, you go like a hell”, maka dengan mobil ini wartawan bisa dibawa lari cepat bagai kesetanan ke lokasi kejadian perkara dan melaporkan beritanya secara “live”.

Tidak ada komentar: