Mina, Mekkah (ANTARA News) - Mempersiapkan wukuf di padang Arafah dan mabit (bermalam) di Mina bagi 221.000 calon haji Indonesia bagaikan menggelar operasi militer selain perang, atau dalam istilah tentaranya disebut MOOW (Military Operation Other than War).
Persoalan pelik yang harus diatasi mulai dari penyiapan transportasi, logistik, dapur umum, kesehatan, sampai penyiapan keadaan darurat dan evakuasi jika ada musibah terjadi, seperti kemungkinan kebakaran, kerusuhan sampai banjir jika tiba-tiba hujan dan air mengguyur deras dari langit.
Oleh karena itu, struktur organisasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) berubah sementara selama sepekan (8-14 Zulhijah) menjadi Satuan Operasi Arafah-Mina disingkat Satops Armina. "Meskipun orang dan pelaksananya ya itu-itu juga. Kami-kami juga," kata Kepala Bidang Pengamanan Kolonel Bambang Siswoyo.
Kelapa Satops Armina dipercayakan kepada Letnal Kolonel Abu Haris Muthohar, sedangkan para komandan perang di lapangan dipegang oleh para koordinator maktab. Target operasi adalah bagaimana calon haji Indonesia terangkut ke Armina, perut mereka terisi penuh selama lima hari empat malam tinggal di tenda, dan melempar jumrah dengan aman dan selamat tidak terinjak-terinjak, seperti kasus terowongan Mina beberapa tahun lalu.
"Intinya operasi Armina ini berhasil jika jemaah bisa melaksanakan ibadah dengan tenang, khusuk, dan menyelesaikan ibadah hajinya dengan lancar dan selamat, serta menjadi haji mabrur," kata Bambang yang bertugas di Angkatan Darat.
Pastikan operasi sukses
Panglima tertinggi Operasi Militer Selain Perang Armina adalah Menteri Agama Suryadharma Ali yang sekaligus juga menjabat Amirul Haj. Panglima TNI-nya dipegang oleh Dirjen Haji Kementerian Agama Slamet Riyanto. Panglima Kodam-nya adalah Syairozi Dimyathi selaku Ketua PPIH Arab Saudi.
Sebagai Pangti, Suryadharma Ali ingin memastikan operasi Armina sukses. Ia memimpin sendiri rapat-rapat persiapan, mengecek secara detail rencana pelaksanaan operasi, dan memberikan komando dan perintah kepada semua pasukannya, dari yang jenderal sampai kopral.
"Jemaah Indonesia wajib berada di Arafah. Kalau tidak, hajinya tidak sah. Kasihan mereka. Apa yang akan dilakukan agar jemaah dipastikan terangkut?" Tanya Suryadharma dalam rapat persiapan dengan Satsop Armina.
Kasatops Armina Letnan Kolonel Abu Haris menjelaskan bahwa pemberangkatan jemaah ke Armina dilakukan dalam tiga kali angkutan atau rit. "Kami akan melakukan sweeping ke kamar-kamar pemondokan untuk memastikan jemaah terangkut pada rit terakhir," kata Abu Haris.
Bahkan, untuk calon haji yang sakit dan tengah dirawat sekalipun, akan dilakukan Safari Wukuf dengan membawa pasien ke mobil ambulans. Ada sekitar 300-an orang yang akan diikutkan dalam Safari Wukuf.
"Kecuali yang dirawat di ICU dan parah banget, semua pasien akan dibawa ke Arafah supaya bisa melakukan wukuf barang 10 sampai 15 menit di mobil ambulans. Yang masih bisa duduk di kursi roda, kami keluarkan sebentar dari mobil untuk wukuf. Ini supaya rukun hajinya dapat," kata Surahmat, petugas yang mendata jemaah Safari Wukuf.
Soal perut jemaah haji
Selain masalah angkutan, soal katering dan bagaimana mengisi perut 221.000 orang menjadi perhatian Satops Armina. Ini bukan perkara enteng karena makanan yang sehat dan bergizi akan menentukan kekhusukan ibadah haji.
"Jangan sampai ketika wukuf ada di antara jemaah yang mencret-mencret karena makan makanan basi. Diare di Arafah ribet banget, WC terbatas sementara jemaah membeludak. Antrenya panjang," kata Suryadharma Ali.
Untuk itu, khusus di Armina, Satops memilih menyediakan makanan secara prasmanan, bukan dalam bentuk nasi kotak. Sistim prasmanan dinilai lebih baik karena makanannya fresh dan jemaah bisa memilih makanan sesuai selera mereka.
Pelayanan katering jemaah haji di Arafah akan diberikan sebanyak empat kali mulai makan malam pada tanggal 8 sampai 9 Zulhijah (Jumat dan Sabtu, 4-5 Nopember 2011). Kemudian di Mina sebanyak 11 kali mulai tanggal 10-13 Zulhijah. Untuk Muzdalifah diberikan satu boks makanan ringan yang didistribusikan kepada jemaah di Arafah menjelang keberangkatan ke Muzdalifah.
"Pokoknya jemaah gak usah kuatir. Bawa diri saja. Barang berharga dan emas-emas yang sudah dibeli, titipkan di petugas kloter masing-masing dan pakai tanda terima," kata Kasatops Armina Abu Haris.
Inspeksi mendadak
Sehari sebelum pemberangkatan wukuf, Suryadharma melakukan inspeksi mendadak ke Padang Arafah untuk melihat dengan mata kepala sendiri persiapan tenda-tenda dan katering. Suryadharma dan Amirup Haj mendatangi dapur, meja-meja tempat prasmanan, dan bahkan WC serta airnya dicek juga.
"Jangan sampai ada jemaah yang tidak kebagian makanan. Kalau ada perusahaan katering yang tidak bertanggung jawab, tidak akan kami pakai lagi. Akan masuk daftar hitam," kata Suryadharma kepada Al Damanhuri, pemilik katering yang mendapat kontrak memasok makanan jemaah haji Indonesia.
"Siap Bapak. Bahkan perusahaan kami akan kasih bonus satu kantong makanan ringan, seperti biskuit, jus, air, dan buah-buahan," kata Al Damanhuri.
Untuk mengurangi panjangnya antrean diatur per rombongan dan tidak per kloter. Masing-masing rombongan diberikan waktu estimasi waktu 10 sampai 15 menit. Bagi romnbongan yang belum mendapat giliran makan tidak perlu berdiri mengantri makan sampai dengan adanya pemanggilan.
Soal kesehatan, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) diperintahkan tetap buka saat Armina. "Jangan ada petugas kesehatan yang desersi. Meninggalkan markas BPIH untuk ikut-ikutan mengambil haji," kata Ketua DPR Marzuki Alie dalam pengarahannya kepada para petugas haji.
Merawat orang sakit, apalagi yang dalam keadaan koma dan gawat darurat, menurut Marzuki, adalah wajib. Petugas kesehatan didatangkan ke Tanah Suci adalah untuk tugas mulia tersebut.
Ancaman alam
Sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pengamanan dan operasi di Armina, Kolonel Bambang Siswoyo, mengaku sudah mempersiapkan operasi dengan sebaik-baiknya. Semua ilmu operasi militer selain perang sudah dia laksanakan di Armina.
Menggelar ratusan ribu tentara ke medan perang, kata dia, bisa lebih efektif dan cepat karena mereka adalah orang-orang terlatih. Tentara juga dilatih untuk bisa survive dalam keadaan logistik dan makanan yang terbatas sekalipun.
"Tapi jemaah haji ini bukan orang yang terlatih, seperti tentara. Penggelaran mereka di Armina dan logistiknya harus betul-betul dipersiapkan dengan matang," katanya.
Satu-satunya hal yang dia khawatirkan adalah faktor alam. Ancaman terbesar dalam operasi Armina adalah kalau tiba-tiba saja hujan datang dan banjir melanda perkemahan jemaah haji, seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu. Kondisi Padang Arafah dikelilingi gunung dan bukit batu. Tidak ada pepohon rimbun yang bisa menghalangi banjir.
"Mudah-mudahan tidak ada hujan selama wukuf. Kalau di Indonesia ada pawang hujan, di Arab Saudi ini tidak ada. Tapi kalau pun yang terburuk terjadi, kami siapkan evakuasi bersama-sama aparat Arab Saudi," demikian Kolonel Bambang Siswoyo.
*Penulis adalah Wakil Pemimpin Redaksi Antara
Jumat, 04 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar