Lebak - Pemerhati sosial dari Rangkasbitung Ahmad Kusaeni mengatakan, keberadaan suku terasing Baduy akan menjadi objek wisata dunia, sehingga memberikan nilai tambah untuk peningkatan ekonomi masyarakat, juga pendapatan asli daerah (PAD).
Dengan begitu, pemerintah daerah juga harus memprogramkan wisata Baduy menjadi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA).Pengembangan wisata ini nantinya ditata melalui pembangunan terintegrasi dengan infrastruktur, penginapan, dan pusat perdagangan.
Apalagi, produk-produk kerajinan suku Baduy cukup unik, di antaranya aneka jenis suvenir, tas koja, golok, tenun, dan gula aren.
"Saya yakin, jika dibangun secara terintegrasi di kawasan Baduy dipastikan bisa menjadi objek wisata mendunia," kata mantan Direktur Pemberitaan LKBN Antara itu.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak Okta mengatakan, pemerintah daerah terus membangun jalan menuju objek wisata budaya Baduy dari Rangkasbitung hingga Ciboleger, atau pintu gerbang masuk kawasan Baduy.
Sementara itu, kunjungan wisatawan domestik 2015 kemungkinan ke kawasan Baduy bertambah hingga mencapai 6.849 orang dari tahun sebelumnya hanya 5.380 orang. Sedangkan, wisatawan mancanegara (wisman) tercatat 158 orang berasal dari Belanda, Inggris, dan Swiss.
Sebagian besar wisman itu datang untuk kepentingan konservasi maupun mempelajari budaya setempat.
Para pengunjung kawasan permukiman Baduy juga tidak dibebani retribusi oleh pemerintah daerah."Kami memberikan kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung ke Baduy dengan tidak tidak memungut biaya," katanya.
Dimuat di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar