Senin, 19 November 2007

Raja Juan Carlos Buka Kongres ke 2 Kantor Berita Sedunia

Estopona, Malaga-RoL--Raja Spanyol Juan Carlos, Rabu membuka secara resmi Kongres ke-2 Kantor Berita Sedunia yang diadakan di Estepona, Andalusia, Spanyol yang diikuti lebih dari 100 peserta wakil dari kantor berita sedunia yang berlangsung hingga 27 Oktober mendatang.

Dalam sambutannya Raja Juan Carlos yang didampingi Ratu Sofia sebagaimana dilaporkan Antara, mengatakan bahwa peran kantor berita sangat penting karena selain memasok bahan bahan berita kepada koran, radio dan televisi, namun yang terpenting adalah bagaimana menyampaikan informasi dengan benar dan akurat.

Ia juga mengatakan bahwa kebebasan informasi sangat terkait dengan demokrasi untuk itu Raja meminta kantor berita sedunia untuk tetap menjaga independensinya. Raja Juan Carlos juga menilai topik yang dibahas dalam kongres yang diikuti 118 kantor berita di seluruh dunia sangat relevan dengan kondisi saat ini.

Bagaimana kantor berita bisa memanfaatkan teknologi yang berkembang pesat ke aras konvergensi dan multimedia di Era Globalisasi. Begitu juga dengan topik perlindungan terhadap keamanan wartawan yang meliput di daerah konflik bersenjata.

Ia menyatakan simpati terhadap masih jatuhnya korban wartawan di medan perang sehingga ia mengimbau perusahaan media dan peserta kongres untuk memikirkan peningkatan keselamatan wartawan di medan perang.

Ia mengutip hasil penelitian UNESCO yang menyatakan masih terdapatnya ketimpangan informasi antara Negara maju dan berkembang dan mengharapkan kongres ini bisa mengatasinya dengan melakukan kerjasama

Sementara itu Direktur Pemberitaan dan Keuangan LKBN Antara, M. Saiful Hadi, ketua delegasi dari Indonesia mengatakan bahwa delegasi Perum LKBN Antara dalam kongres tersebut akan menyampaikan pemikiran-pemikiran mengenai bagaimana lembaga kantor berita nasional bisa survive dalam persaingan dan bahkan bertekad menjadi kantor berita kelas dunia.

Selain Saiful Hadi, delegasi Indonesia lainnya adalah Direktur Umum dan SDM Rajab Ritonga dan Wakil Pemimpin Redaksi Bidang Umum Perum LKBN Antara Akhmad Kusaeni.

Menurut Saiful, kantor-kantor berita sekarang ini menghadapi tantangan baru yang mengancam eksistensinya. Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi telah memungkinkan berita dan informasi didistribusikan dan diakses secara massal dan gratis.

"Jika kantor berita tidak bisa menyiasatinya, tidak mengherankan sejumlah kantor berita punah dan bangkrut," katanya.

Ia juga mengatakan Kongres Kantor Berita Sedunia itu sangat penting mengingat Antara akan menjadi Presiden Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) pada Desember mendatang untuk periode kepemimpinan selama tiga tahun. OANA beranggotakan 33 kantor berita di kawasan Asia Pasifik.

Sebagai Presiden OANA, Perum LKBN Antara bertekad untuk menyuarakan informasi dari kawasan Asia Pasifik di forum internasional. Selama ini masih terjadi ketimpangan, dan berita-berita internasional masih didominasi oleh kantor-kantor berita raksasa Barat seperti Reuters, AP, AFP dan DPA.

"Bagaimana mengatasi ketimpangan arus informasi dari negara maju ke negara berkembangan itulah yang akan diperjuangkan Antara sebagai Presiden OANA pada Kongres Kantor Berita Sedunia itu," ujar Saiful Hadi yang juga Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Selain masalah ketimpangan informasi itu, delegasi Indonesia juga akan memperjuangkan bagaimana akses wartawan-wartawan Indonesia dan Asia bisa lebih terbuka dalam meliput peristiwa-peristiwa besar dunia, seperti Piala Dunia dan Olimpiade di Beijing pada 2008.

Begitu juga masalah keamanan meliput konflik bersenjata di berbagai belahan dunia agar keselamatan wartawan bisa dihormati oleh pihak yang berkonflik. Selama ini, masih banyak pihak yang tidak akan peduli akan hak serta jaminan keamanan bagi wartawan.

Dalam kaitan itu, Antara akan menyuarakan bagaimana pentingnya perusahaan-perusahaan pers untuk mengasuransikan wartawannya yang meliput konflik bersenjata.

Kongres ke dua Kantor Berita Sedunia yang mengambil thema `Facing the Challenges` dibahas Keamanan bagi wartawan di medan perang yang disampaikan, Michael Lawrence (Reuters) dan Robert Reid, koresponden AS yang bertugas di Irak yang berbasis di Amman, serta Iqnacio Gomez dari Kolombia, dan Deputi Dirjen Komunikasi dan Informasi Divisi Kebebasan Berekspreasi UNESCO, Mogens Schmidt.

Selain itu juga akan dibahas Kemudahan bagi wartawan dalam meliput event-event besar yang disampaikan Francois Grangie dari AFP, serta Alain Leiblang, kepala media FIFA, serta Andrew Moger, direktur MMconsulting, dan juga dibahas liputan Olimpiade yang akan diadakan di Beijing.

Pemanfaatan teknologi `Taking advantage of the New Technologies` akan dibahas oleh Mary Turner, dari Tiscali Uk dan Stephane Guerillot dari IPTC, dan juga Nasib Media Massa di masa datang.

Acara pembukaan yang dilanjutkan ramah tamah dengan Raja Juan Carlos dan Ratu Sofia yang dengan ramah menyapa seluruh peserta kongres dan bahkan juga dengan delegasi dari Indonesia yang ikut kongres bertanya mengenai kondisi di Pulau Nias, dimana Ratu Sofia pernah berkunjung.

Tanpa protokol yang ketat, Raja dan Ratu Spanyol menikmati bincang bincang dengan para jurnalis yang datang dari seluruh dunia itu. Sayangnya dalam acara ramah tamah itu tidak diperkenankan mengambil foto. "Sayang sekali kita sudah ngobrol dan jabatan tangan dengan Raja dan Ratu Spanyol tidak memiliki fotonya," ujar Wakil Pemimpin Redaksi Bidang Umum Perum LKBN Antara Akhmad Kusaeni